Jawa Tengah
Pengertian Jawa
Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya
Jawa. Meskipun
demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang
berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula
warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.
Sejak tahun 2008, provinsi Jawa Tengah memiliki hubungan
kembar dengan provinsi Fujian di China.
Sejarah
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah
terdiri atas 5 wilayah (gewesten)
yakni Semarang, Rembang, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan
daerah swapraja kerajaan (vorstenland)
yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewest terdiri atas
kabupaten-kabupaten. Waktu itu Rembang
Gewest juga meliputi Regentschap
Tuban dan Bojonegoro.
Sejak tahun
1930,
provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri
atas beberapa
karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa
kabupaten (regentschap), dan
dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district).
Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan,
Jepara-Rembang,
Semarang, Banyumas, dan Kedu.
Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun
1946
Pemerintah membentuk daerah swapraja
Kasunanan dan Mangkunegaran; dan dijadikan
karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang ditetapkan pembentukan
kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang meliputi 29 kabupaten dan 6
kotamadya. Penetapan Undang-undang tersebut hingga kini diperingati sebagai
Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah, yakni tanggal
15 Agustus 1950.
Pemerintahan
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah
terdiri atas 29
kabupaten dan
6
kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota
ini terdiri atas 545
kecamatan dan
8.490
desa/
kelurahan.
Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor
22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah,
Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu
Purwokerto,
Purbalingga,
Cilacap, dan
Klaten.
Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun
2001
kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah
kabupaten.
Daftar
gubernur
Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah
Bibit Waluyo. Struktur Pemerintahan Daerah Jawa
Tengah terdiri atas
Sekretariat Daerah
(yang meliputi 3 asisten dan membawahi 9 biro), 19
dinas, 6
kantor, 15
badan,
serta 7 badan rumah sakit daerah.
No
|
Foto
|
Nama
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Keterangan
|
1.
|
|
|
|
1945
|
|
2.
|
|
|
1945
|
1949
|
|
3.
|
|
|
|
1954
|
periode pertama
|
4.
|
|
R. Boedijono
|
|
1958
|
periode kedua
|
5.
|
|
|
|
1960
|
|
6.
|
|
|
|
|
|
7.
|
|
|
1960
|
1966
|
|
8.
|
|
|
|
1974
|
|
9.
|
|
|
|
1982
|
|
10.
|
|
|
|
1993
|
|
11.
|
|
|
|
1998
|
|
12.
|
|
|
|
|
berhenti setelah
diangkat menjadi Mendagri
|
13.
|
|
|
|
2008
|
Sebelumnya menjabat
Wakil Gubernur
|
14.
|
|
|
|
2013
|
|
Perwakilan
Jawa Tengah mengirim 77 wakil dari sepuluh daerah
pemilihan ke
DPR RI dan empat wakil ke
DPD.
Partai
|
Kursi
|
%
|
|
23
|
-
|
|
16
|
-
|
|
11
|
-
|
|
10
|
-
|
|
10
|
-
|
|
9
|
-
|
|
9
|
-
|
|
7
|
-
|
|
4
|
-
|
|
1
|
-
|
Total
|
100
|
100,0
|
Geografi
Relief
Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah,
38% lahan memiliki kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19%
lahan memiliki kemiringan 15-40%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan
lebih dari 40%.
Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran
rendah yang sempit. Di kawasan
Brebes selebar 40 km dari pantai, dan di
Semarang hanya selebar 4 km. Dataran ini
bersambung dengan depresi Semarang-Rembang di timur.
Gunung Muria pada akhir
Zaman Es (sekitar 10.000 tahun SM) merupakan pulau
terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi endapan aluvial dari
sungai-sungai yang mengalir. Kota Demak semasa
Kesultanan Demak (abad ke-16 Masehi) berada di
tepi laut dan menjadi tempat berlabuhnya kapal. Proses sedimentasi ini sampai
sekarang masih berlangsung di pantai Semarang.
Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah
Pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara
membentuk rantai pegunungan yang menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat
dengan Pegunungan Kendeng di timur. Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar
30-50 km; di ujung baratnya terdapat
Gunung Slamet dan bagian timur merupakan
Dataran Tinggi Dieng
dengan puncak-puncaknya
Gunung Prahu
dan
Gunung Ungaran. Antara rangkaian Pegunungan Serayu
Utara dan Pegunungan Serayu Selatan dipisahkan oleh Depresi Serayu yang
membentang dari
Majenang
(Kabupaten Cilacap), Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini
terdapat gunung berapi
Sindoro dan
Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan
Temanggung dan Magelang) merupakan lanjutan depresi yang membatasi
Gunung Merapi dan
Gunung Merbabu. Pegunungan Serayu Selatan
merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung.
Kawasan pantai selatan Jawa Tengah juga memiliki
dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10-25 km. Perbukitan yang landai
membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah timur
Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai
selatan Jawa Timur.
Hidrologi
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau
Jawa (572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri),
sungai ini mengalir ke utara, melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur
dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di
Laut Jawa di antaranya adalah Kali
Pemali, Kali
Comal, dan Kali
Bodri. Sedang sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia di antaranya adalah Serayu
dan Kali Progo. Di antara waduk-waduk yang utama di
Jawa Tengah adalah Waduk Gajahmungkur
(Kabupaten Wonogiri), Waduk
Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening (Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal), Waduk Malahayu
(Kabupaten Brebes), Waduk Wadaslintang
(perbatasan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo), dan Waduk Sempor (Kabupaten Kebumen).
Gunung
berapi
Keadaan
tanah
Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun
1969, jenis tanah wilayah Jawa Tengah didominasi oleh tanah
latosol,
aluvial,
dan
grumusol;
sehingga hamparan tanah di provinsi ini termasuk tanah yang mempunyai tingkat
kesuburan yang relatif subur.
Iklim
Jawa Tengah memiliki
iklim
tropis, dengan
curah hujan tahunan rata-rata 2.000 meter, dan
suhu rata-rata 21-32
oC. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama
terdapat di Nusakambangan bagian barat, dan sepanjang Pegunungan Serayu Utara.
Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi kekeringan di musim kemarau
berada di daerah Blora dan sekitarnya serta di bagian selatan Kabupaten
Wonogiri.
Demografi
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah
32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan.
Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah
Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa),
Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan
Kabupaten Banyumas
(1,553 juta jiwa).
Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di
pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup
padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah
Kabupaten Demak dan Kendal),
Solo Raya
(termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali),
serta Tegal-Brebes-Slawi.
Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar
0,67% per tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5%
per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09% per tahun).
Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya
merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor
pertanian (42,34%), diikuti dengan
perdagangan (20,91%),
industri (15,71%), dan
jasa
(10,98%).
Suku
Komposisi etnis Jawa Tengah pada tahun 2000
|
Etnis
|
Jumlah (%)
|
|
97,96
|
|
1,05
|
|
0,54
|
|
0,05
|
|
0,05
|
|
0,03
|
|
0,02
|
|
0,02
|
|
0,02
|
|
0,01
|
|
0,01
|
Lain-lain
|
0,24
|
Sumber: Sensus
Penduduk Tahun 2000[7]
|
Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah
Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota
Surakarta dan
Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa
yang masih berdiri hingga kini.
Suku minoritas yang cukup signifikan adalah
Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun
di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang
perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan
banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental
sehari-harinya.
Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa
Tengah ditemukan pula komunitas
Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa,
mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat
pula
orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama
di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan
provinsi
Jawa Timur) terdapat komunitas
Samin
yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan
orang Kanekes di
Banten.
Bahasa
Meskipun
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya
sebagian besar menggunakan
Bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar.
Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa
Jawa; namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran.
Kulonan dituturkan di bagian
barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini
memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya
terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek
tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut
di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di
kabupaten Brebes
bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan
Dayeuhluhur,
orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa
Tengah :
- dialek
Pekalongan
- dialek
Kedu
- dialek
Bagelen
- dialek
Semarangan (Kota Semarang)
- dialek
Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- dialek
Blora
- dialek
Surakarta
- dialek
Yogyakarta
- dialek
Madiun
- dialek
Banyumasan (Ngapak)
- dialek
Tegal-Brebes
Agama
|
|
88%
|
|
|
7%
|
Kristen
|
|
2%
|
|
|
1%
|
|
|
0.5%
|
Lainnya
|
|
0.6%
|
Sebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama
Islam
dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi
Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.
Agama lain yang dianut adalah
Protestan,
Katolik,
Hindu,
Buddha,
Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan.
Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu provinsi dengan populasi umat Kristen dan Katolik terbesar
di Indonesia. Sebagai contoh di daerah
Muntilan,
Kabupaten Magelang
banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah
satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Di lain daerah, suatu desa di
kecamatan
Sumpiuh, Banyumas,
100% penduduknya beragama Islam.
Terdapat pula orang-orang keturunan Yahudi dan
menganut agama Yahudi di Jawa Tengah yang jumlahnya sangat sedikit sekali. Mereka
ada di wilayah Semarang, Cilacap, Solo, dan Brebes. Mereka umumnya adalah
Yahudi keturunan Belanda pada zaman kolonial.
Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian
Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari
angkatan kerja terserap.
Kawasan
hutan
meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah
Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat
sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus
merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat
industri
rokok. Cilacap terdapat industri
semen.
Komunikasi
dan Media Massa
Suara Merdeka, harian
yang terbit dari Semarang,
adalah surat kabar dengan sirkulasi tertinggi di Jawa Tengah[rujukan?];
harian ini juga memiliki edisi lokal Suara
Pantura dan Suara Solo.
Di samping itu terdapat koran jaringan Jawa Pos Group, baik yang terbit bersama
induknya Jawa Pos (Radar Solo, Radar Jogja, Radar
Semarang, dan Radar Kudus)
maupun yang terbit sendiri (Meteor,
Solo Pos, Radar Tegal, Radar Banyumas, Joglosemar).
Pendidikan
Tinggi
Sedangkan universitas swasta di Jawa Tengah
antara lain Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG), Universitas Semarang
(USM),
Universitas Dian
Nuswantoro Semarang (UDINUS), Universitas Kristen Satya Wacana (
UKSW)
di
Salatiga,
Universitas
Islam Sultan Agung (Unissula) dan Unika Soegijapranata di
Semarang,
STIE Bank BPD Jateng,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Magelang,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Muhammadiyah Semarang ( UNIMUS
), Universitas Pekalongan
UNIKAL
serta Universitas Panca Sakti di Tegal.
Pariwisata
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata
religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan
artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu.
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Kawasan pantura barat terdapat 3 makam
wali sanga, yakni
Sunan Kalijaga di Demak,
Sunan Kudus di kota Kudus, dan
Sunan Muria di
Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota
kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.
Transportasi
Jawa Tengah dilalui beberapa ruas
jalan
nasional, yang meliputi jalur
pantura (menghubungkan
Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi), jalur Tegal-Purwokerto, jalur lintas selatan
(menghubungkan Bandung-Yogyakarta-Surakarta-Madiun-Surabaya), serta jalur
Semarang-Solo.
Losari, pintu gerbang Jawa Tengah sebelah
barat dapat ditempuh 3,5 - 4 jam perjalanan dari Jakarta. Saat ini sedang
dibangun ruas
Jalan Tol Semarang-Solo
yang menghubungkan Kota Semarang dan Solo, melalui Ungaran, Salatiga, Boyolali
hingga Solo, sehingga mempersingkat waktu tempuh dan memperlancar kegiatan
perekonomian.
[18]
Jawa Tengah merupakan provinsi yang pertama kali
mengoperasikan jalur
kereta api,
yakni pada tahun 1867 di
Semarang
dengan rute Samarang-Tanggung yang berjarak 26 km, atas permintaan Raja Willem
I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang.
[19] Saat ini
jalur
kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara
(Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-Yogyakarta-Surabaya),
jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri
yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun
2005.